Suatu hari, saya kedatangan tamu tak diundang. Bukan maling sih, puji Tuhan. Tapi anak tetangga yang masih krucil alias kecil. Umurnya waktu itu sekira 5 tahunan, perempuan. Saya sebut tak diundang memang karena dia datengnya tuh mak bedunduk, ujug-ujug, tiba-tiba aja muncul di pintu dapur yang kebetulan enggak ditutup. Saya memang baru saja selesai menyapu dan belum sempat menutup pintu belakang. Nah, si manis ini tiba-tiba nongol teriak, “Mau main!”
Dan tanpa dikomando, dia langsung hap hap hap, masuk rumah, melewati dapur, ruang makan, dan nangkring di sofa ruang tamu. Saya yang masih terkejut, sibuk menerka-nerka dari mana datangnya makhluk lincah yang super aktif ini. Setelah beberapa detik, otak saya merespons dengan baik dan menyapanya ramah.
Belum juga selesai kami ngobrol, si manis ini langsung beranjak bangkit dari sofa dan dengan mata berbinar dia lari, naik tangga sambil mencari Kevin. Tak berapa lama kemudian, dia turun lagi membawa toples berisi snack anak-anak yang memang selalu tersedia di ruang keluarga di atas. Maaak! Saya terkenyut berkali-kali dong.
Anak sekecil ini, berani-beraninya masuk rumah tanpa izin, naik sofa, teriak-teriak, lari-larian, bahkan ambil makanan sendiri tanpa ditawarin. I just couldn’t imagine ... kok bisaaaa?
Ya bisalah, wong dia makhluk hidup!
Ya iyalah, bagian itu saya ngerti pake banget. Yang saya nggak paham itu kok bisa kelakuan dia kayak gitu? Emang nggak pernah diajarin etika bertamu sama ortunya? Soalnya anak-anak saya nggak pernah ngelakuin hal kayak gitu sampai sekarang. Kalau mau bertamu ya harus permisi, ketok pintu, minta ijin, baru masuk. Itupun kalau udah masuk masih ada peraturan lain yang harus mereka taati. Lha ini kok??? Ulalaaaa…
Sejak itu, saya malas kalau si anak ini muncul di deket rumah. Auto tutup pintu dan pura-pura ngga denger kalau dia teriak-teriak. Hahaha lebai sih, tapi ya gimana?
Lalu apa kabar dengan Rafael dan Kevin? Well, sejak kecil saya ketat banget dalam urusan etika ini. Sampai detik ini, anak-anak saya nggak pernah berulah di rumah orang, atau bertingkah menyebalkan, apalagi sampai tantrum, ngerusak barang atau ngambil makanan tanpa ijin. Mereka belum pernah masuk rumah orang tanpa permisi, alias slonong boy.
Well, anak-anak memang nggak serta merta paham etika atau sopan santun. Mereka ibarat kertas putih yang diwarnain dan ditulisin sama orang dewasa di sekitarnya. Makanya itu, yang jadi tertuduh utama dalam kasus saya di atas adalah ortu si anak alias tetangga saya. Emang, si anak ini tomboi, wanian ceuk orang Sunda mah, alias punya keberanian lebih untuk melakukan sesuatu. Tapi menurut saya sih untuk urusan etika dan sopan santun dia juga harus diajari dengan benar. Setuju nggak sih?
Etika Bertamu untuk Anak
Mengetuk pintu atau membunyikan bel
Anak-anak suka sekali berteriak. Kadang nggak paham tempat dan waktu. Nah, saat bertamu kita harus mengajari anak untuk tidak berteriak. Sebaliknya, ajak mereka untuk mengetuk pintu atau membunyikan bel yang terpasang di pagar rumah. Sembari menunggu tuan rumah membuka pintu, anak-anak akan berlatih bersabar.
Masuk rumah setelah dipersilakan
Setelah tuan rumah mempersilakan, barulah kita mengajak anak-anak untuk masuk dengan sopan. Jika mereka mulai nunjukkin tanda-tanda lasak alias berlari, cobalah untuk menggandeng tangannya atau memegang bahunya dengan lembut. Kemudian, ajari anak-anak untuk duduk dengan tenang di sofa. Anak yang lebih kecil cenderung lebih nggak bisa diem sih, tapi sebisa mungkin cobalah untuk memperlakukannya dengan tenang. Ortu juga perlu mempertahankan ketenangan diri saat bertamu, supaya anak-anak nggak ikutan aktif atau malah tantrum.
Dalam kasus anak tetangga saya tadi, hal ini skip, meski dia memang mengucapkan salam sambil lari masuk rumah.
Menyapa dan memberikan salam
Sambil memasuki rumah atau halaman, ajari anak untuk menyapa dan memberikan salam kepada pemilik rumah. Mereka akan belajar ‘oh gini ya caranya masuk rumah orang tuh’. Kita juga bisa bermain peran tentang adab bertamu ini di rumah, dengan berpura-pura menjadi tamu dan pemilik rumah. Lakukan saat si kecil lagi dalam good mood yah.
Meminta izin
Sejak anak-anak kecil, saya selalu membiasakan mereka untuk meminta izin ketika akan meminta atau melakuan sesuatu. Ini berlaku pula saat mereka saya ajak bertamu. Jangan biasain anak-anak comot barang-barang orang, apalagi sampai merusaknya ya.
Sebagian orang memang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar. Namanya juga anak-anak. Emang sih, awalnya anak-anak nggak ngerti etika. Justru di situlah tugas kita sebagai ortu untuk mengajari dan menanamkan nilai-nilai moral yang betul.
Jadi, usahakan untuk mengajari anak-anak untuk selalu meminta izin ketika akan mengambil barang atau melakukan sesuatu. Terutama saat berada di luar rumah.
Dalam kasus cerita saya di awal tulisan ini, anak tetangga saya main ambil aja tuh toples snack-nya Kevin. Alhasil Kevin pun manyun, meski nggak sampai nangis. Cuman kan yaaa… kesel yah emaknya.
Makan dan minum setelah dipersilakan
Tingkat kesabaran pada anak-anak memang masih berada pada level yang rendah. Sering banget mereka nggak sabaran dan pengin langsung melakukan sesuatu, termasuk nyaplok makanan. Apalagi kalau makanan itu adalah kesukaan mereka. Tapi, sekali lagi, ortu harus mengajari anak-anak untuk belajar sabar dan menunggu tuan rumah mempersilakan kita menikmati hidangan yang disajikan.
Sebenernya ngajarin hal seperti ini juga bisa banget loh dilakukan di rumah. Lakukan secara berulang dan konsisten, jadi anak lama-lama paham. Lha kalo kelakuan anak tetangga saya itu kan malu ya Moms…
Mengucapkan terima kasih
Terima kasih adalah salah satu kata ajaib yang wajib banget dipahami anak-anak sejak dini, selain maaf dan tolong. Nah, saat berkunjung ke rumah orang lain, biasakan pula anak-anak untuk mengucapkan terima kasih atas jamuan atau penerimaan sang tuan rumah. Terlebih kalau mereka menerima oleh-oleh berupa apapun untuk dibawa pulang. It’s a big no no kalau anak-anak main rebut barang atau makanan kemudian bersikeras membawanya pulang ya Moms.
Mengucapkan salam ketika berpamitan
Kalau saat memasuki rumah kita mengajari anak untuk mengucap salam, begitu pula saat kita hendak berpamitan. Moms and Dads bisa memberi contoh dengan mengucapkan salam kemudian berjabat tangan dengan tuan rumah sebelum pulang. Kemudian, mintalah anak-anak untuk melakukan hal yang sama.
Sebenarnya, saya nggak akan sekesal ini sih sama si anak tetangga tadi ya. Namanya juga anak-anak. Tapi, ini tuh bukan yang pertama kalinya dia berperilaku seperti itu. Bahkan pas ada ibuya, si anak ini pun tetep aja main lari, lompat sofa, naik tangga. Dan you know? Si ibuk cuman senyum sambil bilang, “Duh, kelakuan yaa. Nggak boleh gitu, Dek!” That’s it!
Saya jelas gondok dong. Jadi, kalau kayak gini kan si ibu ngerti dong kelakuan anaknya yang tengil itu? But why, dia diem aja? Padahal kalau anak dibiarin ngelakuin hal yang nggak bener, ya ke depannya dia cenderung akan ngulangin lagi.
So, Moms and Dads semua, semoga sih tulisan ini bukan cuma pelampiasan hati saya yang lagi gedek ya, tapi bisa jadi pembelajaran yang baik. Semoga kita sebagai ortu makin pinter dan bijak ngemong anak, ngedidik anak, ngebentuk akhlaknya. Bukan cuma bisa ngasih duit dan makan doang.
Happy parenting!
0 Komentar
Hi there!
Thank you for stopping by and read my stories.
Please share your thoughts and let's stay connected!